Tangga Nada

KUMPULAN TANGGA NADA

Disini saya akan menjelaskan sedikit tentang nada-nada yang sering kita jumpai didalam not balok ataupun tabulator.
Tangga nada mayor terdiri dari 7 nada dan memiliki jarak/interval nada: 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½
Contoh tangga nada C mayor : C – D – E – F – G – A – B – C

• Tangga nada minor
Tangga nada minor memiliki jarak/interval nada : 1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1 – 1
Contoh tangga nada C minor : A – B – C – D – E – F – G – A

• Tangga nada pentatonic
Tangga nada pentatonic memiliki jarak/interval nada : 1½ – 1 – 1 – 1½ – 1
Contoh tangga nada C pentatonic : C – D# – F – G – A# – C

• Tangga nada Cm harmonic
Tangga nada harmonic memiliki jarak/interval nada : 1 - ½ - 1 – 1 – ½ – 1½ – ½
Contoh tangga nada Cm harmonic : C – D – Eb – F – G – A – B – C

• Tangga nada Cm melodic
Tangga nada melodic memiliki jarak/interval nada : 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½ – 1
Contoh tangga nada Cm harmonic : C – D – Eb – F – G – A – B – C

• Tangga nada C7 blues
Tangga nada Blues memiliki jarak/interval nada : 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1
Contoh tangga nada Cm harmonic : C – D – Eb – F – G – A – B – C

• Tangga nada diminished (8 note)
Tangga nada diminished memiliki jarak/interval : ½ – 1 – ½ – 1 – ½ – 1 – ½ – 1
Contoh tangga nada D harmonic : C – Db – Eb – E – Gb – G – A – Bb – C

• Tangga nada dominant (8 note)
Tangga nada dominant memiliki jarak/interval : 1 – ½ – 1 – ½ – 1 – ½ – 1 – ½
Contoh tangga nada C dominant : C – D – Eb – F – Gb – Ab – Bb – B – C

dan masih banyak lagi tangga nada yang lain yang tak bisa di sebutkan secara terperinci, namun pada dasarnya semua dasar nada berasal dari tangga nada di atas
selamat mancoba yaa
Share:

Skala Nada Pentatonic ( pentatonic scale )

Skala Nada Pentatonic ( pentatonic scale )


Skala Nada Pentatonic ( pentatonic scale ) Pentatonik Scale atau tangga nada pentatonik  adalah skala yang paling saya sukai dalam memainkan melodi. Basic pentatonic ini biasanya di terapkan di lagu – lagu yang bergenre blues, rock,dan rock n roll. Pentatonic ini dibangun dengan menghilangkan 2 nada semitone pada skala mayor dan skala minornya , sehingga hanya ada 5 nada ( five not scale ) saja, dan menghasilkan pentatonic mayor serta pentatonic minor.
http://septowidodo1.blogspot.co.id/2014/10/skala-nada-pentatonic-pentatonic-scale.html
1. Pentatonic Mayor

Jika pada skala mayor yang sudah di jelaskan di Tangga nada mayor / mayor scale dengan menghasilkan pattern 1-1-1/2-1-1-1-1/2. Missal pentatonic c mayor didapatkan dengan menghilangkan semitones pada nada di scale mayor C C-D-E-F-G-A-B-C maka scale pentatonic mayornya adalah menghilangkan nada yang berjarak setengah not ( 1 fret gitar) yaitu pada nada ke 4 dan nada ke 7 maka di dapatkan pattern pentatonic mayor scalenya C-D-E-G-A . dari hasil itu didapatkan suatu pattern pentatonic scale dengan pattern 1-1-1-11/2-1. Karena jarak E ke G adalah 1.5 atau selisih 3 fret pada gitar.
Anda dapat mengaplikasikan pentatonic mayor untuk nada yang lain sesuai pattern tersebut, sebagai contoh pentatonic mayor C yang terbentuk yaitu skalanya C-D-E-G-A maka posisi setiap nada di gitar adalah sebagai berikut :
http://septowidodo1.blogspot.co.id/2014/10/skala-nada-pentatonic-pentatonic-scale.html
2. Pentatonic Minor

Pada pentatonic minor di dapat dari menghilangkan semitones pada Tangga Nada Minor Natural nya. Jika di dapat pattern minor naturalnya adalah 1-1/2-1-1-1/2-1-1, maka dengan menghilangkan semitones di nada ke 2 dan ke 6. Missal pentatonic minor C didapat dari minor natural c nya yaitu C-D-D#-F-G-G#-A# maka di hilangkan nada ke 2 dan 6 nya sehingga di dapat pattern pentatonic minor C nya C-D#-F-G-A#. ingat yang dihilangkan adalah semitonesnya, semitonesnya skala C minor itu adalah D-D# dan G-G# maka setelah dihilangkan menjadi C-D#-F-G-A#. pattern yang di dapat sekarang adalah pentatonic minor
= 1-11/2-1-1-11/2. Penempatan di fret gitar secara lengkapanya adalah sebagai berikut untuk skala C pentatonic minor:

http://septowidodo1.blogspot.co.id/2014/10/skala-nada-pentatonic-pentatonic-scale.html
Biasanya penggunaan pentatonic ini sangat popular dengan penggunaannya pada lagu2 blues dengan menambahkan nada blues di nada ke 4 nya,, yaitu menambahkan semitones pada nada ke 4 nya. Contoh jika C pentatonik minor adalah C-D#-F-G-A# maka ditambah semitones untuk nada ke 4 menjadi C blues scalenya C-D#-F-F#-G-A#, begitu pula untuk nada yang lain. Misal saja membangun blues D, maka kita tentukan dahulu pattern pentatonic minor D nya dari pattern di atas yaitu D-F-G-A-C. maka D blues adalah dengan menambahkan semitones di nada ke 4 menjadi D-F-G-G#-A-C begitu seterusnya untuk nada yang lain.
Skala Nada Pentatonic ( pentatonic scale )
Share:

Tangga Nada Blues (Blues Scale)

Tangga Nada Blues (Blues Scale) 



Tangga nada Blues atau Blues Scale adalah tangga nada yang sangat sering dipakai untuk improvisasi. Meskipun namanya Blues Scale tetapi pada kenyataannya, tangga nada tersebut tidak hanya dipakai untuk musik blues saja. Musik lain seperti Jazz, Rock, Pop dan sebagainnya juga  sering memakai tangga nada ini.

Perbedaan Tangga Nada Pentatonik dan Blues


Konstruki tangga nada Blues sebenarnya sangat mirip dengan tangga nada pentatonik (lebih tepatnya pentatonik minor) hanya saja dalam tangga nada Blues ada nada tambahan (Blue Note) antara nada ke 3 dan ke 4. Untuk mengetahui perbedaanya mari kita liat contoh berikut.

Di sini saya menggunakan A Minor Pentatonik untuk lebih memudahkan kalian mengenal Blues scale. Seperti yang kalian tahu bahwa ada lima nada dalam tangga nada pentatonik. Dan untuk A minor pentatonik sendiri mempunyai susunan nada sebagai berikut.

 1      2      3         4        5           1
  A     C      D         E        G          A

untuk menjadikannya Blues Scale maka kita perlu menambahkan nada lain diantara nada ke 3 dan 4, maka hasilnya akan seperti ini.

 1          2             3       (blue note)        4                  5             1
 A          C             D              D#             E                  G             A


JIka kalian masih bingung maka coba perhatikan tabulasi di bawah ini. Tentu kalian mengerti ada 5 posisi tangga nada pentatonik pada gitar. Dan disini saya mengunakan salah satunya.

A Minor Pentatonik


E I---------------------5-8-I
B I-----------------5-8-----I
G I-------------5-7---------I
D I---------5-7-------------I
A I-----5-7-----------------I
E I-5-8---------------------I

Jika ditambahkan blue note maka hasilnya akan seperti ini

A Blues


E I-------------------------5-8---I
B I---------------------5-8-------I
G I---------------5-7-8-----------I
D I-----------5-7-----------------I
A I-----5-6-7---------------------I
E I-5-8---------------------------I
Seperti yang terlihat, ada sedikit perbedaan antara tangga nada pentatonik dan blues. Tetapi meskipun demikian nuansa kedua tangga nada tersebut cukup berbeda satu dengan lainnya.
Share:

PENTATONIK MAYOR, MINOR DAN BLUES

PENTATONIK MAYOR, MINOR DAN BLUES

 



Nada-nada pentatonik, memang nada-nada indah yang tidak mudah dimainkan. Artikel singkat ini mungkin bisa menjawab "kebingungan" sebagian orang tentang tangga nada pentatonik mayor, minor, blues dan  pentatonik blues.
Pentatonic major scale: interval: 1-1-1 1/2 -1 ex: C-D-E-G-A Pentatonic minor scale: interval: 1 1/2 -1-1-1 1/2 ex: C-D#-F-G-A#
 
Blues major scale: interval: 1 1/2-1-1/2-1/2-1 ex: C-D#-F-F#-G-A Blues minor scale: interval: 1 1/2-1-1/2-1/2-1 1/2 ex: C-D#-F-F#-G-A#
Pentatonic blues --> pentatonic+blue note(yg akhirnya disebut blues note): b3, b5, b7 Jadi pentatonik blues adalah pentatonik mayor, minor dengan tambahan blue note. Pada gitar peta pentatonik bisa dilihat pada gambar dibawah ini:








Keterangan merah: root(nada dasar) hitam: pentatonik minor abu-abu: pentatonik mayor biru: blue note
Berikut satu contoh video saya menggunakan Em pentatonik yang saya mainkan pakai Bottleneck Slide



   https://www.youtube.com/watch?v=epowNmtI9sA&feature=player_embedded
Share:

LAPORAN ILMU TANAH HUTAN SIFAT FISIK TANAH



    SIFAT FISIK TANAH

    (Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)







    Oleh

    Septo Widodo Pasaribu

    13141510













    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVESITAS LAMPUNG

    BANDARLAMPUNG

    2014


    I. PENDAHULUAN







    A. Latar Belakang




    Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.Kompenen tanah (mineral, organic, air dau udara) tersusun antara satu dan yang membentuk tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis.Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup.

    

    Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
    Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.

    sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis.

    Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sebagai berikut: O – A – E – B – C – R.
    Keterangan:
    1. Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral
    2. Horison A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai A
    Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
    3. Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
    4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
    5. Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi
    6. R adalah bahan induk tanah.

    Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.



    B. Tujuan


    Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut.

    1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi tanah.

    2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan horizon tanah.

    3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat tanah yang meliputi tekstur tanah, struktur tanah, warna tanah.

    4.      Mahasiswa mampu menjelaskan struktur tanah.



    C. Lokasi Praktikum


    Lokasi dilakukannya praktikum ini adalah didaratan dekat rawa-rawa Universitas Lampung.







    II.TINJAUAN PUSTAKA



    Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal yaitu (Hardjowigeno, 1987).


    Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
    Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tym, 2001).


    Sifat – sifat fisika tanah terdiri dari :

    1.    Batas - batas horison, dalam pengamatan tanah di lapangan ketajaman peralihan horison – horison ini diberikan kedalam beberapa tingkatannya yaitu ( lebar peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur )

    2.    Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karna warna tanah menunjukan apabila makin tinggi bahan organik, warnah tanah semakin gelap. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah yg selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karna senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi. Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air  Fe terdapat dalam keadaan oksidasi.

    3.    Tesktur tanah, tekstur tanah menujukkan halus kasarnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Tanah dikelompokkan kedalam beberapa tekstur tanah yaitu: kasar, agak kasar, sedang, agak halus dan halus.

    4.    Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir butir tanah . Struktur ini terjadi karena butir butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida besi dan lain lain.

    5.    Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah dengan benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.

    6.    Drainase tanah. Klas drainase ditentukan dilapangan dengan melihat adanya gejala gejala pengaruh air dalam penampang tanah.

    Bulk density (kerapatan lindat). Menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori – pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah (Hardjowigeno, 1987).


    Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organisme yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ketempat lain, disamping pencampuran bahan organik di dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah (Hardjowigeno, 1987).


    Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Tiap tanah dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya (Pairunan, 1985).


    Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah ulang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah yaitu, bahan induk, organisme, topografi, iklim, waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-faktor pembentuk tanah maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat besar (Foth, 1998).


    Faktor-faktor pembentukan tanah

    1.      Bahan Induk

    Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik, tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik dimana granit dibuka. Selama stadium awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar.

    2.      Iklim

    Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah dan temperatur. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah.

    3.   Organisme

    Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ke tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri.

    Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B. Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.

    4.      Topografi

    Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu (1) dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh karenanya mempengaruhi kelembaban, (2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi, (3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Pada skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara kontinue sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini akan memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar memiliki solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dibandingkan dengan tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik, warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah dan cokelat, menunjukkan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi. Drainase buruk, berwarna kelabu dan ditemukannya sejumlah karatan-karatan berwarna kuning sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro.

    5.      Waktu

    Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bumi. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk stadium bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan ( Foth, 1998).


    Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanh hamper seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah (run off). Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertical dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu menhjadi air tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air pada tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan air ( Foth, 1998 ).


    Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).


    Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) . Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir ( Hakim, 2007).


    Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan  untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik ( Buckman, 1992 ).


    Struktur tanah, warna tanah, dan kedalaman/solum tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebgian kecil yang menjadi limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebgian besar menjadi aliran permukaan (longsor). Macam-macam struktur tanah yaitu granular,kubus, lempeng dan prisma

    Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (George, 1980 ).


    Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah ( Hajari, 2002).


    Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha pertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanah meliputi :

    1.      Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.

    2.       Kelas struktur meliputi ukuran.

    3.      Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987).


    Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan ketahanan yang berbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu :
    1. Bentuk lempeng (platy)
    Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat.
    2. Prisma
    Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim kering.
    3. Gumpal bersudut
    Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
    4. Gumpal membulat
    Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerah iklim basah.
    5. Granuler
    Berbentuk bulat dengan porous.
    6. Remah
    Berbentuk bulat dengan sangat porous.
    Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm. Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Reysia, 1987).


    Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggap dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Louca, 2004).

    Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi symbol dengan satu huruf capital yaitu (dari atas ke bawah) O, A, E, B, C dan horizon yang berbentuk batuan atau horizon R.Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses-proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya.

    Menurut Henry D Foth, factor-faktor perkembangan profil tanah yaitu :

    1). Iklim, faktor yang paling menentukan dalam perkembangan profil tanah, oleh karenanya karakteristik umum suatu tanah sanagt tergantung pada perubahan kondisi iklim.

    2). Tekstur tanah, menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relative pasir, debu dan liat atau kelompok partikel-partikel sekunder dengan ukuran lebih kecil dari kerikil.

    3).  Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah

    primer sampai pada partikel-partikel sekunder atau agregat.

    4).  Warna tanah, sifat tanah nyata dan mudah dikenali.

    5).Batas lapisan tanah. ( Foth, 1998 ).







    III.METODE PRAKTIKUM



    A.    Alat dan Bahan


    Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi, pita meter, sendok semen, ring, palu, dan balok kecil, cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanah, buku untuk mengukur tanah.



    B.     Metode Praktikum


    Adapun cara kerja dari praktikum  profil dan struktur tanah adalah sebagi berikut.

    1.      Menjcari lokasi yang akan tanah yang akan diamati.

    2.      Menggali tanah yang akan dilakukan pengamatan untuk mengamati dan mengukur profil dan struktur tanah.

    3.      Menentukan lapisan-lapisan tanah dan batas perakaran.

    4.      Mengukur berdasarkan lapisan-lapisan tanah.

    5.      Menentukan sifat atau struktur tanah apakah tanah tersebut berliat atau berpasir.

    6.      Menentukan jenis tanah dari struktur tanah yang diketahui.

    7.      Menentukan warna tanah yang diamati sesuai buku petunjuk pengukuran warna tanah.

    8.      Selanjutnya mengambil tanah dengan menggunakan ring dan diratakan sesuai batas ring lalu ditutup dengan tutup ring tersebut.

    9.      Menimbang tanah tersebut beserta dengan ring dan tutupnya.

    10.   Lalu selanjutnya tanah tersebut diovuen selama 12 jam.

    11.  Menimbang kembali tanah yang sudah dioven tersebut.

    12.  Membuat perhitungan dari hasil penimbangan tanah tersebut.

    13.  Selanjutnya membuat laporan tentang profil dan struktur tanah.






    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


    A.    Hasil Praktikum


    Adapun hasil dari praktikum kali ini diperoleh data sebagai berikut.

    No.
       

    Jenis Pengamatan
       

    Hasil

    1.
       

    Profil Tanah

          A. Horizon

          B. Kedalaman
       


    O= 21cm, A=27cm, B=69cm

    Kedalaman hingga horizon B=117cm

    2.
       

    Tekstur Tanah
       

    Horizon O= Debu

    Horizon A=Liat Berdebu

    Horizon B= Liat

    3.
       

    Struktur Tanah
       

    Horizon O = Angular Block

    Horizon A = Angular Block

    Horizon B = Angular Block

    4.
       

    Warna Tanah
       

    Horizon O= 7,5 YR 5/8

    Horizon A= 7,5 YR 6/8

    Horizon B= 7,5 YR 4/4

    5.
       

    Berat Tanah
       

    B Ring = 66,829 gr

    BB = 208,44gr - 66,829 gr = 141,611 gr

    BK = 171,189 gr – 66,829gr = 104,36 gr

    KA = 35,695 %

    6.
       

    PH Tanah
       

    Horizon O = 5 sifatnya asam

    Horizon A = 6 sifatnya asam

    Horizon B = 5 sifatnya asam



    Keterangan.

    BB                               : Berat Basah

    BK                              : Berat Kering

    Ring Berdiameter        : 5cm

    Tinggi Ring                 : 5,5cm



    B. Pembahasan


    Pada percobaan ini pertama kita melakukan pengamataan pada suatu lubang yang telah disediakan,pertama kita mengamati tentang profil tanah yaitu dengan cara mengukur ketebalan lapisan - lapisan pada tanah tersebut.

    Pada lapisan yang pertama adalah lapisan O kemudian diukur kedalam lapisan O yaitu mencapai 0-21cm, mengukur kedalam lapisan dengan  menggunakan alat ukur yaitu dengan pita meter. Setelah mangukur lapisan O kemudian mengukur kedalaman lapisan yang kedua  yaitu lapisan A lapisan ini memiliki kedalaman 21-27cm, dan mengukur lapisan yang Terakhir yaitu lapisan B yang memiliki kedalaman 27-69cm.Setelah mengukur kedalam dari setiap lapisan lalu mengukur kedalaman perakaran yang di ukur menggunakan pita meter dan di amati sedalam apa akar bisa menembus suatu kedalaman tanah tersebut dan setelah di amati didapatkan hasil akar tersebut dapat menembus lapisan sampai kedalaman 120cm.

    Sifat fisik tanah pada percobaan ini terdapat 3 komponen yaitu mengamati Tekstur, Struktur, Warna. Pada pengamatan tekstur tanah, alat yang digunakan pada percobaan ini adalah indra perasa. Untuk mengamati tekstur tanah yaitu dengan cara mengambil sedikit sampel tanah dari masing masing lapisan baik lapisan O, lapisan A dan lapisan B. Berdasarkan uji feeling di lapangan, tekstur lapisan tanah O merupakan tanah berdebu, lapisan tanah A adalah Liat berdebu dan lapisan tanah B merupakan tanah liat. Tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, sambil dirasakan halus dan kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat.

    Struktur tanah pada lapisan O, lapisan A dan lapisan B memiliki struktur yang berbeda. Pada lapisan O struktur tanah sedikit kasar sedangkan lapisan A berstruktur halus dan sedikt kasar sedangkan pada lapisa B tanah terasa sangat hals dan lengket. Struktur tanah tersebut terbebtuk berdasankan bentuk dari tanah tersebut tanah yang telah diteliti memiliki struktur angular blocky. gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.

    Dan pada penentuan warna dari seriap lapisan kita mangabil sempel dari setiap horizon O, horizon A dan horizon B, setelah itu dicocokan dengan menggunakan buku soil colour dan didapat hasil dari setiap lapisan yaitu lapisan O memiliki warna 7,5 YR 5/8, dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang sangat tinggi yang terdekomposisi, hal ini sesuai dengan dituturkan Hakim (2007) yang menyatakan bahwa lapisan paling atas hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada lapisan ini. Pada lapisan A memiliki warna 7,5 YR 6/8 dan pada lapisan B memiliki warna 7,5 yr 4/4. Untuk mendapatkan  kadar air tanah dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah menggunakan ring. Ring ditancapkan pada tanah dan setelah ring tenggelam kedalam tanah ring lalu dicabut. Otomatis tanah akan menempel pada ring tersebut. Kemudian ratakan tanah pada ring tersebut. Setelah di dapatkan tanah pada ring tersebut, tanah didalam ring tersebut dioven selama kurang lebih 48 jam atau 2 hari. Setelah itu di timbang berat keseluruhan tanah dengan ring  dan lepaskan tanah pada ring dan timbang berat ring. Berat sampel tanah pada praktikum kali ini adalah berat basah – Berat ring mendapatkan hasil 66,829 gr, Berat kering adalah berat setelah di oven – berat ring mendapatkan hasil 141,611 gr dan persentase kadar air yaitu berat basah – berat kering dibagi berat kering dikali 100 persen mendapatkan hasil 35,695%.

    Menentukan pH tanah pada praktikum kali ini yaitu dengan cara mengambil sampel tanah pada lapisan O, lapisan A dan lapisan B, masukan sampel tanah tersebut kedalam gelas yang terpisah dan campurkan dengan air. Kemudian masukan kertas lakmus dan lihat perubahan warna pada kertas lakmus dan di dapat kan hasil dari pengukuran pH tanah itu adalah pada lapisan O memiliki PH tanah 5, lapisan A memiliki pH tanah 6 dan pada lapisan B memiliki pH tanah 5.







    V.KESIMPULAN



    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

    1.      Faktor- faktor pembentukan tanah yaitu kemiringan, material asal, organism hidup, waktu, dan iklim.

    2.      Setiap horizon dibedakan oleh warna, warna pada lapisan atas berwarna agak cerah dan semakin dalam lapisan tanah maka warna tanah semakin cerah.

    3.      Tekstur tanah pada daerah unila yaitu lebih mengarah kepada liat berdebu, struktur tanah pada daerah unila adalah angular block dan warna tanah dapat di ukur dengan buku soil colour.

    4.      Lapisan O memiliki kedalaman 0 – 20 cm. Lapisan A memiliki kedalaman 20 – 39 cm . lapisan B memiliki kedalaman 59 – 80 cm. Lapisan A merupakan lapisan yang ketebalannya paling tipis karena lapisan A hanyalah sebuah lapisan peralihan antara lapisan yang kaya akan humus dengan lapisan yang miskin akan humus.






    DAFTAR PUSTAKA



    Buckman, Harry.1992.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta.


    Foth, Henry.1998.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University: Yogyakarta.


    George.1980.Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Rajagra Findo Persada: Jakarta.


    Hajari.2002.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta.


    Hardjowigeno, Sarwono.1987.Ilmu Tanah.Rineka Cipta: Jakarta.


    Hakim, Muhamad. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.


    Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.

    Jakarta.


    Louca.2004.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.


    Pairunan.1985.Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta. Rineka Cipta.


    Reysia, Adnan.1987.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.


    Tym, Casuial.2001.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagara Findo Persada: Jakarta.










    LAMPIRAN











    PERHITUNGAN



    Berat tanah

    Diketahui : BB (awal) = 208,44 gram

    BS (oven) = 171,189 gram

    Berat ring = 66,829 gram

    Ditanya : BT = …?

    Penyelesaian

    BT = berat basah – berat kering  x100%

    berat kering


    Dengan

    Berat basah = berat basah awal – berat ring

     = (208,44 – 66,829) gram

     = 141,611gram


    Berat kering = berat oven – berat ring

    = (171,189 – 66,829) gram

    = 104,36 gram


    Sehingga

    BT       = 141,611gram - 104,36 gram  x 100%

                      104,36 gram


           = 35,695%



     Gambar A. Pengukuran tiap horison tanah



    Gambar B. Pengukuran pH pada tiap horison



    Gambar C. Pengamatan struktur tanah



    Gambar D. Pengamatanwarnatanah
Share:

LAPORAN ILMU TANAH HUTAN PERKECAMBAHAN



PERKECAMBAHAN
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)




Oleh

Septo Widodo Pasaribu
1314151048







JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014








I.PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang perkecambahan. Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil dari perkecambahan akan muncul tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal. Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun,  bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan  tanaman.  Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk  ditanam di lapangan.  Teknik penanaman yang akan dikembangkan meliputi berbagai  teknik dari setiap aspek pembibitan dan produksi benih   serta  teknik untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik.
Tipe perkecambahan pada benih terbagi menjadi dua yaitu tipe epigeal dan hipogeal. Tipe epigeal banyak ditemui pada tanaman dikotil, sebaliknya tipe hipogeal bisa ditemui pada tanaman monokotil.





B.Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah
1.   Mengetahui perbandingan antar media tanam pada tanah dan pasir.
2.   Mengetahui teknik pembibitan yang benar.
3.   Mengetahui aspek pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.












II. TINJAUAN PUSTAKA




Benih dikatakan berkecambah apabila sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya yaitu plumula dan radikel yang keduanya tumbuh normal  dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan ISTA. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian  kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Proses metabiolisme terdiri dari proses katabiolisme dan anabiolisme dimana pada katabiolisme terjadi proses terjadi perombakan cadangan makanan sehingga menghasilkan energi ATP sedangkan pada anabiolisme  terjadi sintesa senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini terjadi secara  berurutan pada tempat yang berbeda (Gardner,1991).
Tahap-tahap dalam perkecambahan pada tumbuhan pada mumnya dimulai dengan:
a)       Tahap pertama suatu perkecambahan benih benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma.
b)       Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. 
c)       Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.
d)       Tahap keempat  adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meritematik untuk menghasikan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru.
e)     Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui  proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh. Sementara itu daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji. (Kartasapoetra,2003)

Pertumbuhan pada tanaman berbagi dalam beberapa tahapan, yaitu perkecambahan yang diikuti dengan pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.  Perkecambahan merupakan proses munculnya tanaman kecil dari dalam biji.  Untuk itu perlu diketahui bagaimana proses perkecambahan itu terjadi beserta kondisi – kondisi pada kecambah yang diberi faktor – faktor penyebab perkecambahan / persemaian (Sutopo,2002).




 







III. METODE PENELITIAN


A.Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pasir dan tanah sebagai media penanaman,nampan sebagai tempat benih dan benih. Pada praktikum kali ini digunakan benih saga sebanyak 100 benih.


B.Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut pertama kita siapkan semua alat dan bahan lalu masukkan pasir dan tanah kedalam nampan atau media lain sebagai tempat menampung pasir dan tanah. Lalu,masukkan benih ke media penanaman, masukkan masing-masing sebanyak 50 buah kedalam media tanah dan pasir. Siram setiap hari benih yang ditanam setelah itu amati perkembangan yang terjadi,catat dalam lembar pengamatan.










IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari pengamatan yang telah dlakukan sebagai berikut:
Tabel 4.1 hasil benih saga pada media pasir
Hari ke-
Jumlah yang tumbuh
1
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
1
7
1
8
1
9
1
10
2
11
2
12
2
13
2
14
2
15
2
16
3
17
3
18
3
19
4
20
4
21
-
22
-
23
-
24
-
25
-
26
-
27
-
28
-
29
-
30
-
31
-



 Tabel 4.2 hasil benih saga pada media tanah
Hari ke-
Jumlah yang tumbuh
1
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
1
8
1
9
2
10
2
11
2
12
2
13
2
14
-
15
-
16
-
17
-
18
-
19
-
20
-
21
-
22
-
23
-
24
-
25
-
26
-
27
-
28
-
29
-
30
-
31
-


B.Pembahasan

Pada praktikum kali ini kelompok kami mendapatkan benih saga sebagai bahan untuk perkecambahan sebanyak 100 biji dengan media tanam pasir dan tanah. Setiap media berisi masing-masing 50 biji. Disini kita membandingkan denagn media apa biji tersebut bisa melakukan perkecambahan dengan baik dan cepat. Hasilnya pasir lebih baik dari pada tanah pada masa perkecambahan hal ini dikarenakan pasir memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya benih suatu tumbuhan atau tanaman. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif










V. KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan kali ini adalah:
1.      Media tanam pada pasir pertumbuhan benihnya lebih cepat dari pada dengan tanah.
2.      Sebelum melakukan pembenihan perlu dilakukan skarifikasi pada benih untuk mempercepat fase dormansi.
3.      Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan, sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan










LAMPIRAN

Share:

Popular

Label

Recent Posts