LAPORAN ILMU TANAH HUTAN PROFIL TANAH









PROFIL TANAH
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)






Oleh
Septo Widodo Pasaribu
1314151048














JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVESITAS LAMPUNG
2014







I. PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik. Salah satunya adalah struktur tanah. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam suatu profil tanah.
Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga kemantapan tanah
tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.


B.     Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.      Mahasiswa mampu membedakan karakteristik lapisan profil tanah
2.      Mahasiswa mampu mengidentifiksi tanah berdasarkan karakteristik tanah
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan struktur tanah
















II.TINJAUAN PUSTAKA


Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).

Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) . Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).

Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).

Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).

Daerah penyebaran Oxisol adalah daerah tropis dengan curah hujan tinggi (2000-7000 mm/tahun), terbentuk di daerah tuf, abu atau fan vulkanik yang telah mengalami pelapukan lanjut, dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung serta pada ketinggian 10 sampai 1000 m dari permukaan laut (Sarief:1985).

Terdapatnya penyebaran tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah oxisol dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi (>600 m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah pada kedua macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan induk, topografi, organisme dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980).

Menurut bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuk lempeng (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat (subangular blocky), kersay (granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidak membentuk struktur dapat berupa butiran tunggal (single grain) atau massif (massa tanah tidak tidak menunjukkan bidang-bidang pemisah) (Tim Asisten, 2010).
Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha pertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanah meliputi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987).
1.      Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.
2.       Kelas struktur meliputi ukuran
3.       Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat.
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten, 2010).
a.       Granular
b.       Platy
c.        Wedge
d.       Blocky (sub angular dan angular)
e.        Prismatic
f.        Columnar

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan yang berbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu (Hardjowigeno, 1987):
1.      Bentuk lempeng (platy)
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat.
2.       Prisma
Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim kering.
3.       Gumpal bersudut
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
4.       Gumpal membulat
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat.
Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerah iklim basah.
5.       Granuler
Berbentuk bulat dengan porous.
6.                   Remah
Berbentuk bulat dengan sangat porous.
Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm. Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Hardjowigeno, 1987).

Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggap dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Hardjowigeno, 1987).

Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal (Hardjowigeno, 1987).
Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organik, dan seskuioksida. Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah menceraiberaikan partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Tim Asisten, 2010).
Tanah yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangi kapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan paling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulakan aliran permukaan yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius (Tim Asisten, 2010).



































III. METODE PRAKTIKUM


A.      Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi, pita meter, pisau, ring, palu, dan balok kecil. Sedangkan bahan yang digunakan adalah saampel tanah, buku untuk mengukur tanah.


B.       Metode Praktikum

Adapun cara kerja dari praktikum  profil dan struktur tanah adalah sebagi berikut.
1.      Menjcari lokasi yang akan tanah yang akan diamati
2.      Menggali tanah yang akan dilakukan pengamatan untuk mengamati dan mengukur profil dan struktur tanah
3.      Menentukan lapisan-lapisan tanah dan batas perakaran
4.      Mengukur berdasarkan lapisan-lapisan tanah
5.      Menentukan sifat atau struktur tanah apakah tanah tersebut berliat atau berpasir
6.      Menentukan jenis tanah dari struktur tanah yang diketahui
7.      Menentukan warna tanah yang diamati sesuai buku petunjuk pengukuran warna tanah
8.      Selanjutnya mengambil tanah dengan menggunakan ring dan diratakan sesuai batas ring lalu ditutup dengan tutup ring tersebut
9.      Menimbang tanah tersebut beserta dengan ring dan tutupnya
10.   Lalu selanjutnya tanah tersebut diovuen selama 12 jam
11.  Menimbang kembali tanah yang sudah dioven tersebut
12.  Membuat perhitungan dari hasil penimbangan tanah tersebut
13.  Selanjutnya membuat laporan tentang profil dan struktur tanah






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Praktikum

Adapun hasil praktikum pada kali ini diperoleh data sebagai berikut.
No.
Jenis pengamatan
Keterangan
1.
Horizon
O = 0 – 20
A = 20 – 39
B = 59 – 80 
2.
Panjang akar
Horizon = 0
Panjang = 9 cm
3.
Ukuran
Bandar Lampung
O = 4/ Dark grey
A = 4/4 Weakred
B = 5/8 Red
4.
Tekstur
Lancip, tumpul, tidak beraturan
O = tumpul
A = tumpul
B = tumpul
5.
Kadar Air
Sampel A
Berat besi = 66,95 gr
Berat basah = 200,38 gr
Berat kering = 167,90 gr
Kadar Air = 37,48 gr


B.  Pembahasan

Pada percobaan ini pertama kita melakukan pengamataan pada suatu lubang yang telah disediakan,pertama kita menamati tentang perofil tanah yaitu pada lapisan yan gang pertama yiutu lapisan topsoil dan diukur kedalam lapisan topsoil,kedalam topsoil yaitu mencapi 0-20cm,mengukur kedalam lapisan dngan  menggunakan alat ukur yaitu dengan penggaris, setelah mangukur lapisan yang pertama(topsoil)kemudian menukur kedalaman lapisan yang kedua lapisan ini memiliki kedalaman 20-59cm,kemudian mengukur lapisan yang ketiga yaitu lapisan ini memiliki kedalaman 59-80cm.
Sifat fisik tanah pada percobaan ini terdapat 3 komponen yaitu
a.       Tekstur
b.      Struktur
c.       Warna
Tekstur yang terdapat pada percobaain ini yaitu,pada top soil memiliki tekstur yang sangat halus,dan pada O  memeliki tekstur yang licin,pada A memiliki tekstur yang kasar,dan yang terakhir pada B memiliki tekstur sangat licin karena tarmaksud tanah liad.
Dan pada penentuan warna dari seriap lapisan kita manabil sempel dari setiap labisan dan dicocokan dengan menggunakan munsell colour chart.
Dan didapat hasil dari setiap lapisan O memiliki warna 4/ darkgrey, dan pada lapisan A memiliki warna 4/4 Weak red,dan lapisan yang yang ketiga yaitu lapisan B memiliki warna 5/8 Red.
Pada umumya tanah yang ada di lingkung unila yaitu Angular Blocky,karena di lingkungan unila memiiki suhu yang setabil sehingga mengakibatkan tanah menjadi seperti ini.
Tetesan air hujan untuk memisahkan agregat-agregat tanah berbeda antara sampel tanah ultisol lapisan 1 dan lapisan 2. Pada lapisan 1 tanah ultisol dibutuhkan 305 tetesan air sedangkan pada lapisan 2 tanah ultisol jumlah tetesan air yang dibutuhkan lebih banyak yaitu 567 tetesan. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan 2 lebih mantap dibandingkan dengan lapisan 1. Dengan demikian, tanah ultisol lapisan 1 dan lapisan 2 ini merupakan tanah stabil yakni agregat-agregatnya harus cukup tahan terhadap benturan tetesan hujan dan air, kalau tidak demikan tanah akan menjadi hancur dan kompak, kurang dapat melalukan air, menyebabkan tanah cepat jenuh air. Hal ini sesuai dengan Tim Asisten (2010).
Kemantapan struktur diamati dengan meletakkan sampel agregat tanah pada air. Terlihat bahwa setelah beberapa detik, agregat tanah ultisol lapisan 1 tidak terurai secara langsung. Keadaan yang sama juga terjadi pada sampel tanah ultisol lapisan 2 sehingga dapat dikatakan bahwa agregat tanah ultisol lapisan 1 dan lapisan 2 memiliki kemantapan stabil. Hal ini didukung oleh Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang menunjukkan bahwa tanah memiliki kemantapan struktur yang stabil apabila derajat strukturnya kokoh dan agregatnya mantap.
























V. KESIMPULAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa.
1.      Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda tiap jenisnya.
2.      Karakteristik tanah dapat dibedakan dengan cara mengamati kedalaman lapisan tanah dan kedalaman perakaran tanah, tekstur dan struktur tanahnya.
3.      Lapisan O memiliki kedalaman 0 – 20 cm. Lapisan A memiliki kedalaman 20 – 39 cm . lapisan B memiliki kedalaman 59 – 80 cm. Lapisan A merupakan lapisan yang ketebalannya paling tipis karena lapisan A hanyalah sebuah lapisan peralihan antara lapisan yang kaya akan humus dengan lapisan yang miskin akan humus.


















DAFTAR PUSTAKA


Asisten, Tim. 2010. Ilmu Tanah Hutan. Erlangga. Bandung.

Buol, Hole, Cracken, 1980. Sifat Fisika Tanah. Erlangga. Bandung.

Buckman, Hendra. 1992. Ilmu Tanah. Yudistira. Palembang.

Hakim, Muhamad. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta..

Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.

Kartasapoetra, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.
Jakarta.

Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.

Sarief. Ahmad. 1985. Pengantar Ilmu Tanah. Erlangga. Surabaya.

















LAMPIRAN
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Label

Recent Posts