PROFIL TANAH
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)
Oleh
Septo Widodo Pasaribu
1314151048

JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVESITAS
LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah adalah lapisan nisbi
tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari
proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping
secara halus.
Fungsi utama tanah adalah
sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil
pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh
mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur
tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan
berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka
akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang
terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa
disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil
Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan
susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena
pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Tanah
memiliki beberapa sifat-sifat fisik. Salah satunya adalah struktur tanah.
Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati
secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang menunjukkan
kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam suatu profil
tanah.
Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga kemantapan tanah
Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga kemantapan tanah
tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat
dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini
adalah sebagai berikut.
1.
Mahasiswa mampu membedakan karakteristik lapisan profil tanah
2.
Mahasiswa mampu mengidentifiksi tanah berdasarkan karakteristik tanah
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan struktur tanah
II.TINJAUAN PUSTAKA
Profil Tanah merupakan
suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang
dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula
sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori
diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang
diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga
udara (Pasaribu, 2007).
Horizon
Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda
horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik
lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah
bawah, dan regolith bedrock) . Asam organik dan CO2 yang
diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon
E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan
kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut,
juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau
eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat
seperti pasir (Hakim, 2007).
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul
pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan
berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit
juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada
horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada
daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi
terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit
untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan
bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya
terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur
makro dan mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan
agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah
penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat
yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).
Horizon C ialah material batuan asal yang
belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini
menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar
tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari
batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman,
1992).
Daerah penyebaran Oxisol adalah daerah tropis
dengan curah hujan tinggi (2000-7000 mm/tahun), terbentuk di daerah tuf, abu
atau fan vulkanik yang telah mengalami pelapukan lanjut, dengan bentuk wilayah
berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung serta pada ketinggian 10
sampai 1000 m dari permukaan laut (Sarief:1985).
Terdapatnya penyebaran tanah Oxisol ini pada
ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah oxisol dapat ditemui di dataran
rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi (>600 m dpl), sehingga sangat
besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah pada kedua macam daerah akan berbeda
pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan
faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan induk, topografi, organisme
dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980).
Menurut
bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuk lempeng (platy),
prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat (subangular blocky), kersay
(granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidak membentuk struktur dapat berupa
butiran tunggal (single grain) atau massif (massa tanah tidak tidak menunjukkan
bidang-bidang pemisah) (Tim Asisten, 2010).
Klasifikasi
struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha pertanian)
sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi peelaahan
morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanah meliputi (Kartaspoetra
dan Mulyani, 1987).
1.
Tipe struktur meliputi
bentuk dan susunan agregat.
2.
Kelas struktur meliputi ukuran
3.
Derajat struktur yaitu kemantapan atau
kekuatan agregat.
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten, 2010).
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten, 2010).
a.
Granular
b.
Platy
c.
Wedge
d.
Blocky (sub angular dan angular)
e.
Prismatic
f.
Columnar
Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh
suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan
yang berbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu (Hardjowigeno,
1987):
1.
Bentuk lempeng (platy)
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat.
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat.
2.
Prisma
Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim kering.
Sumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim kering.
3.
Gumpal bersudut
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
4.
Gumpal membulat
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat.
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat.
Sumbu vertikal = sumbu horizontal. Terdapat
pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerah iklim basah.
5.
Granuler
Berbentuk bulat dengan porous.
Berbentuk bulat dengan porous.
6.
Remah
Berbentuk bulat dengan
sangat porous.
Struktur
lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Prisma
dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm. Gumpal antara
kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 5 mm sampai
lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari 10 mm. Remah
kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Hardjowigeno, 1987).
Tingkat
perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau ketahanan bentuk
struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan
menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur),
tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan
tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini
sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan
yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat.
Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah
basah. Jika dalam mennetukan kemantapan struktur tidak disebutkan
kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggap dalam keadaan mendekati kering
atau sedikit lembab, karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan
yang paling baik (Hardjowigeno, 1987).
Tanah
dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain
(disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan
yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal (Hardjowigeno, 1987).
Komponen-komponen
tanah yang mengikat fraksi pasir dan debu membentuk struktur yang tersusun
adalah liat, bahan organik, dan seskuioksida. Bila ikatan antara
partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudah menceraiberaikan
partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutup dan kontinuitas
pori-pori tanah terganggu (Tim Asisten, 2010).
Tanah
yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangi
kapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan
paling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulakan aliran permukaan
yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius (Tim
Asisten, 2010).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum
ini meliputi, pita meter, pisau, ring, palu, dan balok kecil. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah saampel tanah, buku untuk mengukur tanah.
B. Metode Praktikum
Adapun
cara kerja dari praktikum profil dan
struktur tanah adalah sebagi berikut.
1.
Menjcari lokasi yang akan
tanah yang akan diamati
2.
Menggali tanah yang akan
dilakukan pengamatan untuk mengamati dan mengukur profil dan struktur tanah
3.
Menentukan lapisan-lapisan
tanah dan batas perakaran
4.
Mengukur berdasarkan
lapisan-lapisan tanah
5.
Menentukan sifat atau
struktur tanah apakah tanah tersebut berliat atau berpasir
6.
Menentukan jenis tanah dari
struktur tanah yang diketahui
7.
Menentukan warna tanah yang
diamati sesuai buku petunjuk pengukuran warna tanah
8.
Selanjutnya mengambil tanah
dengan menggunakan ring dan diratakan sesuai batas ring lalu ditutup dengan
tutup ring tersebut
9.
Menimbang tanah tersebut
beserta dengan ring dan tutupnya
10. Lalu selanjutnya tanah tersebut diovuen selama
12 jam
11. Menimbang
kembali tanah yang sudah dioven tersebut
12. Membuat
perhitungan dari hasil penimbangan tanah tersebut
13. Selanjutnya
membuat laporan tentang profil dan struktur tanah
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Praktikum
Adapun hasil praktikum pada kali ini
diperoleh data sebagai berikut.
No.
|
Jenis pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Horizon
|
O = 0 – 20
A = 20 – 39
B = 59 – 80
|
2.
|
Panjang akar
|
Horizon = 0
Panjang = 9 cm
|
3.
|
Ukuran
Bandar Lampung
|
O = 4/ Dark grey
A = 4/4 Weakred
B = 5/8 Red
|
4.
|
Tekstur
Lancip, tumpul, tidak
beraturan
|
O = tumpul
A = tumpul
B = tumpul
|
5.
|
Kadar Air
Sampel A
|
Berat besi = 66,95 gr
Berat basah = 200,38
gr
Berat kering = 167,90
gr
Kadar Air = 37,48 gr
|
B. Pembahasan
Pada percobaan ini pertama kita
melakukan pengamataan pada suatu lubang yang telah disediakan,pertama kita
menamati tentang perofil tanah yaitu pada lapisan yan gang pertama yiutu
lapisan topsoil dan diukur kedalam lapisan topsoil,kedalam topsoil yaitu
mencapi 0-20cm,mengukur kedalam lapisan dngan menggunakan alat ukur yaitu dengan penggaris, setelah
mangukur lapisan yang pertama(topsoil)kemudian menukur kedalaman lapisan yang kedua
lapisan ini memiliki kedalaman 20-59cm,kemudian mengukur lapisan yang ketiga
yaitu lapisan ini memiliki kedalaman 59-80cm.
Sifat fisik tanah pada percobaan ini
terdapat 3 komponen yaitu
a. Tekstur
b. Struktur
c. Warna
Tekstur
yang terdapat pada percobaain ini yaitu,pada top soil memiliki tekstur yang
sangat halus,dan pada O memeliki tekstur
yang licin,pada A memiliki tekstur yang kasar,dan yang terakhir pada B memiliki
tekstur sangat licin karena tarmaksud tanah liad.
Dan
pada penentuan warna dari seriap lapisan kita manabil sempel dari setiap
labisan dan dicocokan dengan menggunakan munsell colour chart.
Dan
didapat hasil dari setiap lapisan O memiliki warna 4/ darkgrey, dan pada lapisan A memiliki
warna 4/4 Weak red,dan lapisan yang yang ketiga yaitu lapisan B memiliki warna
5/8 Red.
Pada
umumya tanah yang ada di lingkung unila yaitu Angular Blocky,karena di
lingkungan unila memiiki suhu yang setabil sehingga mengakibatkan tanah menjadi seperti ini.
Tetesan
air hujan untuk memisahkan agregat-agregat tanah berbeda antara sampel tanah
ultisol lapisan 1 dan lapisan 2. Pada lapisan 1 tanah ultisol dibutuhkan 305
tetesan air sedangkan pada lapisan 2 tanah ultisol jumlah tetesan air yang
dibutuhkan lebih banyak yaitu 567 tetesan. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan 2
lebih mantap dibandingkan dengan lapisan 1. Dengan demikian, tanah ultisol
lapisan 1 dan lapisan 2 ini merupakan tanah stabil yakni agregat-agregatnya
harus cukup tahan terhadap benturan tetesan hujan dan air, kalau tidak demikan
tanah akan menjadi hancur dan kompak, kurang dapat melalukan air, menyebabkan
tanah cepat jenuh air. Hal ini sesuai dengan Tim Asisten (2010).
Kemantapan
struktur diamati dengan meletakkan sampel agregat tanah pada air. Terlihat
bahwa setelah beberapa detik, agregat tanah ultisol lapisan 1 tidak terurai
secara langsung. Keadaan yang sama juga terjadi pada sampel tanah ultisol
lapisan 2 sehingga dapat dikatakan bahwa agregat tanah ultisol lapisan 1 dan
lapisan 2 memiliki kemantapan stabil. Hal ini didukung oleh Kartasapoetra dan
Mulyani (1987) yang menunjukkan bahwa tanah memiliki kemantapan struktur yang
stabil apabila derajat strukturnya kokoh dan agregatnya mantap.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa.
1.
Tanah mempunyai
karakteristik yang berbeda tiap jenisnya.
2.
Karakteristik tanah dapat
dibedakan dengan cara mengamati kedalaman lapisan tanah dan kedalaman perakaran
tanah, tekstur dan struktur tanahnya.
3.
Lapisan O memiliki
kedalaman 0 – 20 cm. Lapisan A memiliki kedalaman 20 – 39 cm . lapisan B
memiliki kedalaman 59 – 80 cm. Lapisan A merupakan lapisan yang ketebalannya
paling tipis karena lapisan A hanyalah sebuah lapisan peralihan antara lapisan
yang kaya akan humus dengan lapisan yang miskin akan humus.
DAFTAR
PUSTAKA
Asisten, Tim. 2010. Ilmu Tanah Hutan. Erlangga. Bandung.
Buol, Hole, Cracken, 1980. Sifat Fisika Tanah. Erlangga. Bandung.
Buckman, Hendra. 1992. Ilmu Tanah. Yudistira. Palembang.
Hakim, Muhamad. 2007. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta..
Kartasapoetra dan Mulyani Sutedjo. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.
Kartasapoetra, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.
Jakarta.
Pairunan, A.K, dkk.
1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi
Indonesia Timur.
Sarief. Ahmad. 1985. Pengantar Ilmu Tanah. Erlangga.
Surabaya.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar